Dia sahabatku. Saat ini berada disampingku. Menikmati jus jeruk yang
kami buat beberapa menit yang lalu sambil bercanda.
Itu tawa yang selalu kurindukan. Tawa yang saat ini terasa nyata.Kenyataan
bahwa dia pulang benar-benar membuatku senang.
Namun, kenyataan lain juga membuatku kecewa. Dia datang untuk 10 hari
kedepan. 10 hariku yang sibuk. Dan kemungkinan kami bertemu hanya kecil. Sangat
kecil.
Ya Tuhan… Aku benar-benar ingin menemaninya selama 10 hari ke depan.
Tertawa bersamanya. 10 hari yang sempurna.
Mengapa dia harus pulang disaat seperti ini ? Tentu saja. Karena dia
menuntut ilmu di pondok pesantren. Bulan Ramadhan harus dilakukan dengan amalan
lebih.
Aku juga ingin seperti itu dengan dia yang berada di sampingku. Bukan hanya bulan ramadhan bersama orang-orang
yang berteman dengan telepon genggam. Atau dengan orang yang yang menghabiskan
waktu berbuka bersama kekasihnya. Benar-benar menjijikkan.
“Maaf . Selama 10 hari ini aku tidak bisa selalu menemanimu”aku
tertunduk.
Kurasakan dia memelukku, “ Dan maafkan aku karena aku tidak bisa
menemanimu seperti ramadhan-rmadhan tahun-tahun yang lalu”
Aku menangis. Tak ingin hal itu terjadi. Ramadhanku tak akan seperti
dulu. Walaupun ada teman lagi yang sepertinya. Yang sekarang juga berada di
pondok pesantren yang berbeda dengannya dan akan datang pada bulan ramadhan.
Tapi tidak seperti sahabatku yang akan meninggalkanku 10 hari lagi
ini. Dia masih seorang yang sangat akrab dengan telepon genggam.
Berbeda dengan sahabatku yang hanya akan memegang telepon genggam
untuk hal-hal penting. Sahabat yang tak bisa berbicara tentang cinta.