About Me

About Me
Munere veritus fierent cu sed, congue altera mea te, ex clita eripuit evertitur duo. Legendos tractatos honestatis ad mel. Legendos tractatos honestatis ad mel. , click here →

Sabtu, 23 Juli 2016

TRAFFIC LOVE


Jalanan ini masih terlihat basah. Terguyur air hujan semalam yang baru reda menjelang shubuh. Motor yang ku naiki pun terasa akan tergelincir saat aku mengemudinya sedikit ugal-ugalan kemudian mengerem mendadak. Tidak biasanya aku mengemudi seperti ini. Ini karena aku berangkat sekolah lebih lambat 15 menit daripada hari-hari sebelumnya.

Kerumunan orang yang mungkin juga sedang terburu-buru sepertiku membuatku mengerem mendadak kemudian menepi. Aku berlari menuju kerumunan itu setelah mengunci mobilku sedikit jauh dari traffic light tempat orang-orang berkerumun itu.

Seorang anak dengan seragam SD yang lusuh merupakan penyebab berkumpulnya orang-orang itu. Aku menanyakan apa yang terjadi kepada warga yang menjadi bagian dari kerumunan itu. Anak itu terserempet mobil yang membuat seragamnya kotor karena terjatuh.

Aku merasa sesuatu yang berat membebani kakiku. Seorang laki-laki yang berseragam putih abu-abu menginjak kakiku. Mungkin karena mendengar aku meringis, dia segera mengangkat sepatunya dai atas sepatuku sambil mengucapkan maaf dan hanya kubalas dengan anggukan.

Itu hari dimana aku mulai melihat laki-laki itu. Yang selanjutnya,hampir setiap hari aku dapat melihatnya dengan motor matic yang selalu dipakainya itu di traffic light tempat aku pertama kali bertemu dengannya.

Setiap aku berangkat sekolah, entah di samping, di depan, atau di belakangku aku selalu melihatnya. Beberapa kali mata kami bertatapan.Atau kemudian dia tersenyum kearahku yang hanya kubalas dengan senyuman tipis. Kemudian saling melajukan motor kamu setelah lampu di traffic light berganti menjadi hijau kearah yang berbeda. Kami berbeda sekolah. Itu yang kuketahui saat aku melihat tanda pengenal sekolah yang kulihat di seragamnya.

Aku tak mengenalnya. Sungguh. Bahkan namanya pun baru kuketahui beberapa hari terakhir karena dengan sengaja aku mencoba melihat tanda pengenalnya. Seingatku aku juga tak pernah berbicara dengannya. Hanya senyuman tipis dan sebuah gumaman. Itu yang aku ingat.

Akupun juga tidak tahu tentangnya selain nama. Apakah dia sengaja atau tidak berangkat bersamaan denganku. Tubuh tingginya dan kulit sawo matangnya yang selalu aku ingat.


Aku selalu berdebar-debar saat mata kami saling bertatapan. Dengan kata-kata sapaan yang tersangkut di tenggorokan karena aku terlalu takut untuk menyapanya.

0 komentar:

Posting Komentar