Kerumunan orang yang
mungkin juga sedang terburu-buru sepertiku membuatku mengerem mendadak kemudian
menepi. Aku berlari menuju kerumunan itu setelah mengunci mobilku sedikit jauh
dari traffic light tempat orang-orang berkerumun itu.
Seorang anak dengan
seragam SD yang lusuh merupakan penyebab berkumpulnya orang-orang itu. Aku
menanyakan apa yang terjadi kepada warga yang menjadi bagian dari kerumunan
itu. Anak itu terserempet mobil yang membuat seragamnya kotor karena terjatuh.
Aku merasa sesuatu yang
berat membebani kakiku. Seorang laki-laki yang berseragam putih abu-abu
menginjak kakiku. Mungkin karena mendengar aku meringis, dia segera mengangkat
sepatunya dai atas sepatuku sambil mengucapkan maaf dan hanya kubalas dengan
anggukan.
Itu hari dimana aku
mulai melihat laki-laki itu. Yang selanjutnya,hampir setiap hari aku dapat
melihatnya dengan motor matic yang selalu dipakainya itu di traffic light
tempat aku pertama kali bertemu dengannya.
Setiap aku berangkat
sekolah, entah di samping, di depan, atau di belakangku aku selalu melihatnya.
Beberapa kali mata kami bertatapan.Atau kemudian dia tersenyum kearahku yang
hanya kubalas dengan senyuman tipis. Kemudian saling melajukan motor kamu
setelah lampu di traffic light berganti menjadi hijau kearah yang berbeda. Kami
berbeda sekolah. Itu yang kuketahui saat aku melihat tanda pengenal sekolah
yang kulihat di seragamnya.
Aku tak mengenalnya.
Sungguh. Bahkan namanya pun baru kuketahui beberapa hari terakhir karena dengan
sengaja aku mencoba melihat tanda pengenalnya. Seingatku aku juga tak pernah
berbicara dengannya. Hanya senyuman tipis dan sebuah gumaman. Itu yang aku
ingat.
Akupun juga tidak tahu
tentangnya selain nama. Apakah dia sengaja atau tidak berangkat bersamaan
denganku. Tubuh tingginya dan kulit sawo matangnya yang selalu aku ingat.
Aku selalu
berdebar-debar saat mata kami saling bertatapan. Dengan kata-kata sapaan yang
tersangkut di tenggorokan karena aku terlalu takut untuk menyapanya.
0 komentar:
Posting Komentar